Dalam rangka mengatasi punahnya keragaman spesies tumbuhan, unit pelaksana teknis (UPT) konservasi tumbuhan yang berada di beberapa kebun raya di Indonesia telah melakukan berbagai macam aksi konkret. Salah satunya ialah mengonservasi flora yang mengalami ancaman kepunahan serius.
Sampai tahun 2010, ada dua suku tumbuhan yang menjadi prioritas konservasi. Pada tahun sebelumnya, terdapat empat suku prioritas yang dikonservasi, baik secara in situ maupun ex situ.
Tahun lalu, pada workshop yang diselenggarakan 2-3 Juni itu, ditentukan empat famili tumbuhan untuk dikonservasi, yaitu Arecaceae, Cyatheaceae, Nepenthaceae, dan Orchidaceae.
Arecaceae merupakan suku pinang-pinangan yang merupakan sekelompok tumbuhan berbunga yang memiliki nilai penting dalam kehidupan manusia. Kelapa, misalnya, telah dikenal oleh penduduk kepulauan tropis sebagai tumbuhan serbaguna, demikian pula enau dan pinang.
Di Indonesia terdapat 51 spesies Arecaceae. Dalam daftar prioritas konservasi, diketahui 14 spesies termasuk kategori A, 19 spesies berkategori B, dan 18 spesies termasuk kategori C.
Beberapa spesies yang termasuk kategori A di antaranya Ceratolobus glaucescens, Arenga distincta, Arenga longipes, dan Arenga talamauensa. Ada pula spesies yang belum terlindungi secara in situ, seperti Hydriastele flebellata.
Cyatheaceae merupakan suku tumbuhan paku-pakuan. Menurut Rosniati Apriani Risna, peneliti ekologi Kebun Raya Bogor, LIPI, dalam assesment panel pakar, direkomendasikan adanya pengajian lapangan (field assesment) terhadap spesies yang termasuk kategori A sehingga dapat diperoleh informasi yang lebih aktual dan tepat.
Di antara tumbuhan yang perlu segera dikonservasi, Nepenthaceae atau suku kantong semar termasuk salah satu suku yang mendapatkan prioritas. Menurut data, di Indonesia terdapat 53 spesies suku Nepenthaceae dan hampir seluruhnya masuk daftar merah IUCN, 34 spesies masuk kategori A, 15 spesies berkategori B, dan 2 spesies berkategori C.
Nephenthaceae kebanyakan ditemukan di dalam perlindungan ex situ. Hal itu menunjukkan Nepentahceae dapat dikonservasi di luar konservasi yang berimplikasi pada rentannya spesies tersebut terhadap penurunan jumlah populasi.
Selain Nephenthaceae, ada Orchidaceae atau anggrekanggrekan yang merupakan satu suku tumbuhan berbunga dengan anggota jenis terbanyak. Jenis-jenisnya tersebar luas dari daerah tropika basah hingga wilayah sirkumpolar meskipun sebagian besar anggotanya dite mukan di daerah tropika.
Kebanyakan anggota suku itu hidup sebagai epifit, terutama yang berasal dari daerah tropika. Anggrek di daerah beriklim sedang biasanya hidup di tanah dan membentuk umbi sebagai cara beradaptasi terhadap musim dingin.
Organ-organnya yang cenderung tebal dan berdaging (sukulen) membuat tumbuhan itu tahan menghadapi tekanan ketersediaan air. Anggrek epifi t dapat hidup dari embun dan udara lembap.
Hasil penggolongan konservasi Archidaceae masuk tanaman prioritas. Dari 44 spesies endemik Indonesia, semua suku itu masuk kategori A di habitat in situ-nya. Sebabnya, anggrek merupakan salah satu buruan masyarakat karena tanaman itu memiliki nilai ekonomi tinggi.
Sebagai tumbuhan epifit, anggrek memerlukan inang. Selama ini banyak inang anggrek mati karena ditebang sehingga anggrek pun akhirnya turut hilang. Pada tahun ini, LIPI menentukan Dipterocarpaceae dan Thymelaecae sebagai famili yang menjadi prioritas konservasi.
Prioritas itu didasarkan pada kenyataan bahwa jenis-jenis tumbuhan itu bernilai ekonomi tinggi sehingga banyak dipanen secara berlebihan. Dipterocarpaceae atau suku meranti-merantian merupakan sekelompok tumbuhan
pantropis yang anggota-anggotanya banyak dimanfaatkan untuk bidang perkayuan.
Suku ini praktis semuanya berupa pohon, biasanya berukuran sangat besar dengan ketinggian mencapai 70 hingga 85 meter. Hutan Kalimantan merupakan salah satu habitat yang menjadi pusat keragaman suku itu.
“Karena banyak dieksploitasi, beberapa anggota penting suku itu telah masuk daftar merah IUCN sebagai spesies yang terancam punah,” ujar Tukiri Partomiharjo, peneliti Dipterocarpaceae dari Pusat Biologi LIPI Bogor. Tumbuhan lain yang termasuk prioritas konservasi ialah Thymeleaceae atau gaharu-gaharuan.
Menurut Harry Wiriadinata, peneliti dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, pohon itu terdapat di hutan-hutan Indonesia. Tinggi pohon gaharu dapat mencapai 40 meter.
Tumbuhan beraroma harum itu berasal dari marga Aquilaria dan Gyrinops. Eksploitasi gaharu terjadi secara besar-besaran. Akibatnya, suku itu terancam punah di habitanya.
Artikel ini ditulis oleh KORAN JAKARTA : Sabtu, 02 Oktober 2010 |
0 komentar:
Posting Komentar